Swara Gemuruh Di Gunung Wilis Madiun
Beberapa hari terakhir, diawal bulan Februari tahun 2011 masyarakat di sekitar gunung Wilis mendengar suara gemuruh dari lerengnya. Gunung ini menjadi perbatasan antara kabupaten Madiun, Nganjuk dan Ponorogo.
Suara gemuruh akan semakin jelas terdengar terutama pada malam hari diatas pukul 12 malam karena suasana memang sudah sepi. Semula masyarakat disekitar gunung terutama yang berada di kecamatan Pulung, dan Ngebel yang masuk wilyah Ponorogo mengira suara itu berasal dari perut gunung Wilis, tetapi setelah berlangsung beberapa hari ternyata suara itu pusatnya agak ke arah selatan yang berbatasan dengan gunung Bayangkaki.
Perlu diketahui bahwa gungung Wilis sepanjang catatan sejarah kabupaten Madiun dan Ponorogo belum pernah meletus, alias sudah tidak aktif lagi. Walaupun pada jaman dulu dipastikan pernah aktip terbukti dari bentuknya yang kerucut nyaris sempurna. Mungkin gunung ini seusia dengan gunung Lawu yang terletak kurang lebih 75 Km di sebelah baratnya, yang menjadi perbatasan antara kabupaten Madiun dan Surakarta.
Suara gemuruh terdengar hingga sejauh 30 Km kearah barat, di sekitar kota Ponorogo sampai dengan kecamatan Jetis, bahkan sering pada malam hari suara gemuruh akan disertai dengan getaran pintu dan jendela. Masyarakat juga merasa was - was mengingat bencana gunung meletus akhir-akhir ini sedang menjadi trendi di tanah air.
Satu hal yang mengherankan disekitar gunung Wilis dan lerengnya sama sekali tidak ditemukan adanya kawah yang mengeluarkan asap, seperti layaknya gunung berapi lain menjelang meletus, misalnya gunung Merapi atau Bromo. Namun hanya terdengar suara 'gludhag - gludhug' dari dalam bumi. Itupun sulit dipastikan dimana pusat suara itu berasal. Petugas BMG konon kabarnya juga sudah pernah mengadakan penelitian di wilayah ini namun hingga saat ini belum ada pengumuman resmi tentang status gunung yang bersangkutan.
Mudah mudahan gunung ini tidak akan meletus, cukuplah mengeluarkan suara gemuruh saja, bahkan beberapa orang ternyata juga enjoi saja dengan kejadian ini. Ada suasana lain katanya.
Suara gemuruh akan semakin jelas terdengar terutama pada malam hari diatas pukul 12 malam karena suasana memang sudah sepi. Semula masyarakat disekitar gunung terutama yang berada di kecamatan Pulung, dan Ngebel yang masuk wilyah Ponorogo mengira suara itu berasal dari perut gunung Wilis, tetapi setelah berlangsung beberapa hari ternyata suara itu pusatnya agak ke arah selatan yang berbatasan dengan gunung Bayangkaki.
Perlu diketahui bahwa gungung Wilis sepanjang catatan sejarah kabupaten Madiun dan Ponorogo belum pernah meletus, alias sudah tidak aktif lagi. Walaupun pada jaman dulu dipastikan pernah aktip terbukti dari bentuknya yang kerucut nyaris sempurna. Mungkin gunung ini seusia dengan gunung Lawu yang terletak kurang lebih 75 Km di sebelah baratnya, yang menjadi perbatasan antara kabupaten Madiun dan Surakarta.
Suara gemuruh terdengar hingga sejauh 30 Km kearah barat, di sekitar kota Ponorogo sampai dengan kecamatan Jetis, bahkan sering pada malam hari suara gemuruh akan disertai dengan getaran pintu dan jendela. Masyarakat juga merasa was - was mengingat bencana gunung meletus akhir-akhir ini sedang menjadi trendi di tanah air.
Satu hal yang mengherankan disekitar gunung Wilis dan lerengnya sama sekali tidak ditemukan adanya kawah yang mengeluarkan asap, seperti layaknya gunung berapi lain menjelang meletus, misalnya gunung Merapi atau Bromo. Namun hanya terdengar suara 'gludhag - gludhug' dari dalam bumi. Itupun sulit dipastikan dimana pusat suara itu berasal. Petugas BMG konon kabarnya juga sudah pernah mengadakan penelitian di wilayah ini namun hingga saat ini belum ada pengumuman resmi tentang status gunung yang bersangkutan.
Mudah mudahan gunung ini tidak akan meletus, cukuplah mengeluarkan suara gemuruh saja, bahkan beberapa orang ternyata juga enjoi saja dengan kejadian ini. Ada suasana lain katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar